Timnas Indonesia SAD, Generasi Emas?
Dikirim oleh Muhammad Rizky, Malang
Kehebatan potensi skill dan individu pemain muda Indonesia sudah bukan hal baru bagi kita. Tidak sedikit pemain dan pelatih asing yang memuji talenta-talenta muda Merah Putih, seperti Peter Withe, Ivan Kolev, hingga Robert Alberts. Terakhir, mantan pemain timnas Brazil, Emerson, mengagumi skill pemain-pemain muda timnas di tim Indonesia SAD yang berkompetisi di Punta Cup 2010 di Uruguay.
Punta Cup adalah turnamen kategori pemain berusia di bawah 19 tahun. Sejak tahun 2004, sudah banyak pemain besar yang lahir dari turnamen ini. Salah satunya adalah Alexandre Pato yang dibeli AC Milan dari klub Internacional (Brazil).
Indonesia memulai turnamen ini dengan mengalahkan San Carlos Uruguay 2-0, Kamis (8/4). Dua gol Indonesia diborong oleh Syamsir Alam. Pada laga berikutnya menghadapi Tamoio FC Brasil, Jumat (9/4), tim asuhan pelatih Cesar Payovich ini menang 3-0 berkat gol-gol dari Rahman Lestaluhu, Syamsir Alam dan Yandi Sofyan.
Untuk sementara Indonesia SAD menduduki peringkat atas grup B dan akan menjalani pertandingan terakhir di grup tanggal 12 April melawan Central Espanol Uruguay.
“Saya tidak pernah mengira Indonesia mempunyai pemain-pemain yang berbakat seperti ini. Dengan kerja keras, bukan tidak mungkin Indonesia akan bisa banyak berbicara di masa yang akan datang,” kata Emerson seperti dilansir dari situs resmi PSSI.
“Selain klub-klub lokal Uruguay, seperti Penarol, Nacional dan River, turnamen kali ini juga dikuti oleh klub-klub kuat dari Brazil seperti Santos, Internacional, Pao De Azucar dan Pumas Mexico,”kata Demis Djamaoeddin, manajer Indonesia SAD.
Akankah timnas Indonesia SAD ini menjadi benar-benar menjadi harapan baru bagi timnas kita untuk berbicara di level Asia Tenggara, Asia, bahkan Piala Dunia lima hingga sepuluh tahun mendatang seperti yang dicanangkan oleh Presiden SBY pada pembukaan Kongres Sepakbola Nasional (KSN) di Malang beberapa waktu lalu?
Antara optimis dan pesimis, ada salah satu rekan di FB yang mengatakan bahwa lebih baik pemain-pemain muda alumnus Indonesia SAD ini “tidak kembali” ke Indonesia alias dititipkan di klub-klub Eropa, Asia Timur, atau Amerika Latin untuk tetap berkompetisi di sana.
Bila kembali ke tim-tim di Indonesia, dikhawatirkan generasi emas Indonesia SAD akan mengikuti jejak PSSI Primavera, Baretti, hingga Garuda yang gagal menghapus dahaga pecinta sepakbola nasional terhadap prestasi timnas Merah Putih di level internasional.
Bagaimana dengan pendapat anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar